burntbridge – Jembatan Sultan Haji Omar Ali Saifuddien, sepanjang 30 kilometer, membentang menghubungkan Kota Bandar Sri Begawan dengan Distrik Temburong, Brunei Darussalam. Jembatan itu menjadi simbol kerja sama antarbangsa.
Tanpa banyak ingar-bingar, salah satu proyek kerja sama antarbangsa berhasil diselesaikan di Asia Tenggara: Jembatan Terpanjang di Asia Tenggara. Jembatan Sultan Haji Omar Ali Saifuddien (Jembatan SOAS) yang membentang sejauh 30 kilometer menghubungkan Kota Bandar Sri Begawan ke Distrik Temburong adalah proyek kerja sama Brunei–China yang berhasil diselesaikan di tengah pandemi Covid-19 melanda dunia pada 2020.
Pada Mei 2023, Kompas berkesempatan menyusuri Jembatan SOAS pergi-pulang dari Bandar Sri Begawan ke Temburong di Pekan Bangar melintasi Kamp Militer Lakiun di Jalan Labu, kurang lebih 75 kilometer perjalanan pergi pulang. Adapun Sultan Haji Omar Ali Saifuddien adalah ayahanda dari Sultan Hassanal Bolkiah yang bertakhta sejak 1950 hingga 1967. Beliau kemudian digantikan Sultan Hassanal Bolkiah yang memerintah hingga kini.
Sebelum ada Jembatan SOAS, warga dari Bandar Sri Begawan ataupun Temburong yang ingin saling berkunjung harus menempuh perjalanan darat yang memakan waktu karena melintasi empat check point imigrasi. Warga meninggalkan wilayah Brunei Darussalam masuk wilayah Sarawak di Distrik Limbang, lalu meninggalkan Limbang masuk ke Temburong dengan melintasi pemeriksaan imigrasi situs slot gacor Terpercaya.
Perjalanan berliku itu memakan waktu dua jam sekurangnya. Adapun perjalanan Kompas dengan kendaraan KBRI Bandar Sri Begawan hanya memakan waktu tempuh satu kali jalan kurang dari 30 menit dari Bandar Sri Begawan ke Jalan Labu di Temburong.
Terobosan
Jafar Sudarmadi, staf KBRI Bandar Sri Begawan, yang mengantar Kompas, mengatakan, keberadaan Jembatan SOAS tersebut menjadi terobosan yang dilakukan Sultan Hassanal Bolkiah ketika lock down diberlakukan Malaysia di Sabah dan Sarawak yang berbatasan dan membelah wilayah Brunei Darussalam.
”Wilayah Temburong terisolasi kalau tidak ada jembatan ini. Untung Baginda Sultan segera membuka jembatan yang sudah dibangun bertahun-tahun itu sehingga warga dari Temburong masih dapat berhubungan dengan dunia luar dan mendapat pasokan logistik serta perawatan kesehatan di Bandar Sri Begawan,” kata Jafar yang berasal dari Jawa Tengah itu.
Menurut dia, pekerjaan tidak dilakukan dengan liputan media masa terus-menerus. Dia mengakui proyek tersebut melibatkan banyak pekerja dari berbagai negara, termasuk dari Indonesia. ”Ada pekerja dari China, Brunei Darussalam, Indonesia, dan Bangladesh, setahu saya,” kata Jafar Situs slot thailand.
Proyek Jembatan SOAS itu adalah satu dari dua proyek mercusuar Brunei Darussalam–China. Proyek lainnya adalah proyek petrokimia di Muara yang melibatkan para insinyur Brunei Darussalam–China dan negara lainnya. Proyek petrokimia itu membangkitkan kembali ekonomi Brunei Darussalam yang sempat lesu, seiring banyaknya perusahaan Eropa pelan-pelan meninggalkan Brunei Darussalam.
Laman Kantor Berita Xin Hua tanggal 14 Juli 2020 menulis, Sultan Hassanal Bolkiah memberi nama Jembatan terpanjang di Asia Tenggara itu dengan nama Sultan Haji Omar Ali Saifuddien sebagai penghormatan kepada Bapak Modernisasi Brunei Darussalam. Jembatan tersebut membuka isolasi Temburong yang terpisah dari wilayah utama Brunei Darussalam sehingga memungkinkan kemajuan ekonomi dan berbagai sendi kehidupan masyarakat Temburong.
Direktur China State Construction Engineering Corporation (CSCEC) Jin Chun Shang mengatakan, proyek tersebut dikerjakan oleh China dengan kontraktor asal Korea Selatan, Dae Lim. CSCEC terlibat terutama dalam fase 4 pembangunan bentang Jembatan SOAS, yaitu sepanjang 12 kilometer yang melintasi rawa dan ekosistem hutan bakau primer. Jembatan tersebut dibangun di atas rawa-rawa dan tidak mengganggu kelestarian alam sekitar.
Pembangunan Jembatan SOAS dimulai pada 2014 dan selesai Maret 2020 saat pendemi Covid-19 merebak.
Operasional
Laman berita Malaysia, The Star, pada 15 September 2022 mengabarkan, kendaraan dari berbagai kategori diizinkan melintasi Jembatan SOAS, kecuali bagi kendaraan angkutan barang dari luar Brunei Darussalam dengan bobot di atas 3,5 ton masih diwajibkan melintasi jalur lama, yakni melalui Distrik Limbang di Sarawak, Malaysia. Adapun batas kecepatan bagi kendaraan kecil adalah 100 kilometer per jam dan kendaraan besar 80 kilometer per jam di saat melintasi Jembatan SOAS.
Kantor Kementerian Ekonomi dan Keuangan Brunei Darussalam menjelaskan, operasional Jembatan SOAS dibuka tiap hari pukul 06.00 hingga pukul 22.00 malam dengan pengawasan kamera pemantau (CCTV) berlangsung selama 24 jam. Kepolisian Brunei Darussalam dan Dewan Pengelola berpatroli sepanjang hari di Jembatan SOAS.
Saat Kompas melintas, beberapa kali terlihat mobil Polisi Brunei Darussalam dan otoritas Jembatan SOAS berjaga di satu lokasi ataupun bergerak dari dua arah berbeda. Pelintas tidak diizinkan berhenti untuk berwisata apalagi berfoto. Ada tempat atau titik berfoto yang disediakan Pemerintah Brunei Darussalam di ujung Jembatan SOAS dengan latar jembatan megah tersebut—mirip Jembatan Barelang di Batam—yang dibangun dengan teknik kabel penahan bentang gelagar.
Terlihat juga burung-burung terbang di cakrawala di sekitar rawa dan hutan dataran rendah. Selain itu terdapat berbagai resor menyatu dengan alam di Temburong yang masih asri. Wilayah Temburong dengan ekosistem hutan tropis primer merupakan salah satu tempat latihan militer bagi Singapura, Brunei Darussalam, Inggris, dan Negara Persemakmuran.
Perjalanan lintas Jembatan SOAS itu memberi kesempatan melihat Pekan Bangar, sebuah pasar kecil seperti Pasar Kecamatan di Jawa yang dibangun dengan arsitektur modern dan dekorasi seperti di Arab Saudi. Berbagai kedai makanan Melayu, masakan Tionghoa, Filipina, hingga menu Indonesia: soto ayam dan ayam penyet tersedia di Pekan Bangar.
Tak jauh dari sana terdapat pekuburan Lun Bawang—wilayah Long Bawan—yang terkait dengan sejarah Brunei Darussalam. Wilayah Long Bawan bagian dari Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, memiliki pertalian sejarah dengan Brunei Darussalam dan Sabah. Wilayah tersebut menghasilkan beras organik asli Kalimantan yang juga dikonsumsi Keluarga Kesultanan Brunei Darussalam.
Kerja sama ekonomi
Proyek Jembatan SOAS itu bagian dari upaya membangun peradaban baru, yakni kerja sama ekonomi dan tidak mencampuri urusan dalam negeri di negara lain sesuai kesepakatan Konferensi Asia-Afrika di Bandung, Indonesia tahun 1955. Pepatah China mengatakan, jika ingin membangun peradaban, bangunlah jalan (termasuk jembatan).
Proyek sejenis juga dibangun China di Indonesia, Jembatan Suramadu yang menghubungkan Surabaya dengan Pulau Madura, Jembatan penghubung Binondo, China Town Manila, Friendship Bridge China—Cambodia di Phnom Penh City (bersebelahan dengan Japan Friendship Bridge) dan megaproyek jembatan di kota Dhaka, Bangladesh.
Semasa tahun 1950–an, Inggris pernah melakukan upaya serupa dengan kerja sama Colombo Plan.